Sabtu, 25 Juni 2011

INKAI Juara Umum Kejurnas Yunior

BANJARBARU, Kompas.com - Institut Karate-Do Indonesia (Inkai) keluar sebagai juara umum Kejuaraan Nasional Karate Junior dan Kadet Piala Mendagri XV dan Mendiknas IV 2011 di Banjarbaru Kalimantan Selatan.
    
Pada kejurnas yang ditutup Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia Hendardji Soepandji, Sabtu malam, Inkai yang menurunkan 67 atlet meraih 13 medali emas, 14 perak dan 11 perunggu.
    
Pelatih Kepala Inkai Pusat Baron Bahar mengatakan, prestasi yang diraih karateka Inkai itu melampaui target yang ditetapkan pada kejurnas yang dilaksanakan 23 - 25 Juni 2011 di GOR Rudy Resnawan Banjarbaru. "Kami sangat gembira atas hasil ini apalagi mampu melampaui target medali sehingga meraih predikat juara umum," ujarnya di sela-sela kegembiraan atlet binaannya.
    
Menurut dia, target yang dipatok pengurus Inkai pada kejurnas junior dan kadet itu adalah 10 medali emas tetapi berkat penampilan cemerlang para atlet sehingga target itu berhasil dilampaui.    "Saingan berat kami adalah Forki DKI Jaya tetapi untungnya anak-anak mampu menampilkan kemampuan terbaik di detik-detik terakhir nomor yang dipertandingkan sehingga menambah jumlah medali," ungkapnya.
    
Perolehan medali yang dikumpulkan karateka Inkai dengan Federasi Karate-Do Indonesia (Forki) DKI Jakarta hanya pada selisih medali perak yang lebih sedikit sehingga perguruan karate ibukota itu menempati posisi dua.
    
Forki DKI Jakarta yang menurunkan 60 atlet pada kejurnas tersebut mengumpulkan 13 emas, 6 perak dan 14 perunggu sehingga hanya kalah selisih 8 medali perak dan unggul 3 perunggu dibanding Inkai.
    
Posisi ketiga perolehan medali dibukukan mantan juara umum kejurnas tahun lalu yakni Sulawesi Selatan yang meraih 6 medali emas, 4 perak dan 8 perunggu melalui 50 atlet yang diturunkan.
    
Kontingen tuan rumah Kalsel yang menurunkan dua tim hanya menempati posisi 16 perolehan medali yang dicapai tim Kalsel B dan posisi 22 diraih tim Kalsel A dari 43 kontingen yang mengikuti kejuaraan.
    
Posisi terakhir perolehan medali ditempati Pengurus Provinsi Forki Papua tidak satu pun meraih medali di ajang kejurnas memperebutkan piala bergilir Mendagri dan Mendiknas tersebut.
    
Sementara itu, gelar Best Of The Best Piala Mendagri untuk junior putra diraih Adi Nulfahmi dari Pengprov Forki perguruan Inkado Sulsel dan junior putri direbut Maya Sheva dari Pengprov Forki DKI (Inkai).
    
Sedangkan Best Of The Best Piala Mendiknas cadet putra ditempati YM Qasim dari kontingen Inkado dan cadet putri diraih Tri Winarni dari Pengprov Forki Sumut perguruan Inkanas.



kompas.com

Jumat, 17 Juni 2011

DEMONTRASI KARATE DI SDN TONATAN 2 PONOROGO 2011













      karate adalah salah satu ekstra beladiri  yang ada di SDN Tonatan 2, dibawah naungan ranting Tonatan Ponorogo. Pada perpisahan kelas 6 tahun ajaran 2010/2011ditampilkan beberapa aktraksi karate, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, serta mendapat sambutan yang meriah dari wali murid, guru, dan segenap undangan yang hadir.

Kamis, 16 Juni 2011

dachi (kuda-kuda) dalam karate shotokan bag. 2

Pada bagian dua ini akan kami posting beberapa macam dachi yang sering digunakan pada kata tekki dan kata superior

1. kosha dachi
  
           

2. kake dachi
              

3. migiashi dachi
      

4. hidariashi dachi
                  

5.nekoashi dachi
           

6. tsuruashi dachi

          

7.fudo dachi 
            


8. hangetsu dachi
                 


9. sanchin dachi
         

Sabtu, 11 Juni 2011

dachi (kuda-kuda) dalam karate shotokan bag.1

        Dalam kesempatan ini kita akan membahas beberapa jenis kihon. Dalam karate, kihon dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : dachi (kuda-kuda); uchi; uke(tangkisan); tsuki (pukulan); geri (tendangan). dengan menyesuaikan judul yang saya tulis, pada kesempatan yang pertama ini kita akan melihat dan mengamati serta (silahkan dikomentari, bila perlu) beberapa jenis kuda-kuda dalam karate terutama aliran shotokan.
         Kuda-kuda atau dachi dalam bahasa karatenya,  adalah bagian dari karate yang sangat mendasar, bagaimana tidak? karena tanpa kuda-kuda mungkin kita bisa melakukan pukulan (dengan duduk), namun hasil yang didapat kurang maksimal, karena hanya tubuh sebagai penopang tenaga pukulan. Lain halnya dengan berdiri, dengan kekuatan dan kokohnya dachi yang maksimal, tentunya akan menghasilkan pukulan maupun tendangan yang dapat menghancurkan. Mempelajai karate dari bertahun-tahun bahkan berpuluhan tahun lamanya, itu akan berdampak dengan semakin kokohnya dan stabilnya kuda-kuda yang kita lakukan, dalam artian semakin lama  menekuni karate maka dachinya akan kokoh dan stabil  so harus telaten dalam berlatih. OK Pada kesempatan ini akan kami posting beberapa contoh dachi (kuda-kuda) :

1. heisoku dachi
   
2. musubi dachi

3. heiko dachi

4. hachi-ji dachi

5. uchi-hachi-ji dachi


6.zenkutsu dachi

7. kokutsu dachi

8. kiba dachi

9. shiko dachi

10. naifanchin dachi

osh, semoga bermanfaat!

GICHIN FUNAKHOSI (1868-1957)


Jika ada laki-laki yang dipercaya menempatkan karate sampai dapat diterima di Jepang, dan pada posisi yang dapat dinikmati oleh orang-orang Jepang, dialah Gichin Funakoshi. Dilahirkan di Yamakawa Prefektur Shuri Okinawa tanggal 10 November 1868, Funakoshi masih memiliki garis darah keturunan keluarga samurai salah satu bangsawan di Okinawa. Funakoshi terlahir bukan sebagai anak yang sehat karena seringnya sakit-sakitan. Namun dari ketekunannya mampu menjadikannya Shotokan sebagai salah satu aliran karate yang tidak hanya empat besar di Jepang namun terbesar didunia.
Akibat kondisi fisiknya yang kurang baik, orang tuanya membawanya pada Azato dan Itosu untuk belajar karate. Selain dari mereka Funakoshi juga menerima pelajaran dari Arakaki Seisho (yang dipercaya menemukan kata unsu) dan Sokon Matsumura yang merupakan tokoh sentral dari tidak hanya 4 besar aliran karate di Jepang namun juga aliran karate lain.
Funakoshi diberikan kepercayaan oleh para tokoh bela diri di Okinawa membawa karate ke Jepang. Sekitar tahun 1916 demonstrasi pertama karate diluar Okinawa dilangsungkan. Butokuden yang saat itu adalah pusat seni bela diri dan olahraga Jepang masa itu dipilih sebagai tempat untuk melakukan demonstrasi. Namun sayang sekali demonstrasi itu tidak berlangsung sukses, hal itu karena kebanyakan orang Jepang tidak tertarik dengan bela diri tangan kosong. Karena saat itu sudah ada Naginata (bela diri bersenjata tongkat dengan pisau tajam diujungnya) dan kendo yang merupakan penerus dari teknik samurai.
Walau demikian tawaran demonstrasi berikutnya datang dari calon putra mahkota negeri Jepang yang berkunjung ke Okinawa. Dan sekitar tahun 1922 awal musim panas Funakoshi kembali melakukan demonstrasi di Tokyo atas prakarsa Menteri Pendidikan Jepang. Demonstrasi ini berjalan sukses, Jigaro Kano (salah satu pendiri Judo) sangat terkesan dengan demonstrasi itu dan meminta Funakoshi tinggal di Jepang. Sejak saat itu Funakoshi tinggal di Jepang.
Selama di Jepang Funakoshi tinggal di Suidobata, sebuah asrama kecil di Tokyo. Siang hari Funakoshi bekerja sebagai tukang kebun dan penjaga asrama. Untuk membayar makanannya, Funakoshi membujuk koki diasrama itu dan sebagai ganti diajarinya karate. Dan sejak saat itu banyak bermunculan klub karate baik di sekolah maupun universitas. Begitu antusiasnya orang-orang Jepang berlatih karate, sampai-sampai sulit ditemukan tempat kosong untuk berlatih. Tiap hari diisi dengan latihan karate di hampir seluruh pelosok Jepang.
Di Jepang langkah modernisasi karate yang dilakukan Gichin Funakoshi diantaranya tahun 1931 pengubahan huruf kanji karate yang sebelumnya lebih bermakna Cina kini dengan dialek Jepang berikut huruf kanjinya namun dengan pengucapan yang sama. Untuk penegasan pengubahan dialek dan penulisannya, dalam bukunya Karate-do Kyohan yang terbit tahun 1936 Funakoshi menggunakan perubahan ini. Selain itu juga pengubahan dan penulisan nama-nama kata yang sebelumnya masih menggunakan dialek Okinawa. Hal itu penting dilakukan agar karate dapat diterima oleh budaya Jepang. Selama di Jepang pula Funakoshi menulis buku-buku yang terkenal sampai sekarang. Setelah Karate-do Kyohan adalah buku Karate-do Nyumon yang diterbitkan tahun 1943.
Sekitar tahun 1936 (ada yang mengatakan tahun 1937, ada pula yang 1939) dojo yang pertama berdiri di Meishojuku. Murid-murid Funakoshi menganugerahkan nama Shotokan pada papan nama perguruan sebagai penghormatan dan penghargaan pada Funakoshi. Walau demikian, sebenarnya Funakoshi tidak pernah memberikan nama apapun pada alirannya. Namun sayangnya dojo ini hancur karena saat itu Jepang dilanda serangan akibat Perang Dunia II. Setelah perang tahun 1949 pengikut Funakoshi kembali bersatu, dan mendirikan sebuah wadah yang bernama Asosiasi Karate Jepang (Japan Karate Association) dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepala.
Funakoshi sangat menekankan murid-muridnya agar menguasai teknik-teknik dasar sebelum belajar tingkat lanjut. Adalah keyakinan Funakoshi bahwa karate adalah seni bela diri daripada olah raga. Bagi Funakoshi kata adalah karate. Dalam bukunya Karate-do Kyohan Funakoshi menyatakan,
''Beberapa anak muda antusias pada karate percaya bahwa karate hanya bisa dipelajari lewat instruktur di dojo. Walaupun kebanyakan dari mereka adalah orang yang mahir teknik, tetapi bukanlah karateka sejati. Sebuah nasihat bijak berkata bahwa semua tempat dapat menjadi dojo, dan itu berarti setiap orang yang ingin mengikuti jalan karate tidak boleh lupa hal ini. Karate-do tidak hanya berlatih cara membela diri tapi juga menguasai seni untuk menjadi bagian anggota masyarakat yang baik dan jujur.''
Hal ini jga mempertegas keyakinannya untuk mencari kesempurnaan karakter dari berlatih karate daripada sekedar memecahkan rekor atau prestasi. Gichin Funakhosi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Kamis, 09 Juni 2011

sang maestro




BACK TO BASIC

berikut adalah video pelantikan karateka-karateka ponorogo, yang dilaksanakan distadion Bathoro Katong Ponorogo, dalam video ini sedang diperagakan gerakan dasar karate atau kihon yang merupakan basic dari kata dan kumite (pertarungan). 



Rabu, 08 Juni 2011

HEWAN-HEWAN YANG JAGO KARATE

















































LATIHAN KARATE SAMBIL BELAJAR BAHASA JEPANG (bag.3)


ARAH
- Mae : depan
- Ushiro : belakang
- Yoko : samping
- Tate : vertikal
- Mawashi : memutar
- Jodan : sasaran atas
- Chudan : sasaran tengah
- Gedan : sasaran bawah
- Yoko : samping
- Migi : kanan
- Hidari : kiri
- Tobi : lompat
- Gyaku : kebalikan
- Age : atas
- Soto : keluar
- Sokumen : samping
- Uchi : kedalam
- Otoshi : menjatuhkan diri

Fokushotokan.com

LATIHAN KARATE SAMBIL BELAJAR BAHASA JEPANG (bag.2)

PERINTAH
- Narande : berbaris
- Seiretsu : berbaris sesuai urutan peringkat (sabuk)
- Yoi : siap
- Yasume : istirahat
- Yame : berhenti
- Otaigai ni : berhadapan satu sama lain
- Sensei ni : menghadap ke guru
- Shomen ni : menghadap ke depan
- Rei : membungkuk untuk memberi hormat
- Seiza : meditasi dengan posisi berlutut
- Age-te : tangan diatas (posisi menutupi)

- Mawatte : berputar
- Hajime : mulai


Fokushotokan.com